Itikad

Mega Gloria
2 min readDec 18, 2023

--

29 November 2023 — 02:13, Dini Hari.

Arsip Pribadi — September 2022

Ambisi malam ini meluruh, merangkap delusi yang anggal tidur. Ruh bersemayam seperembad abad, pada daging, kulit dan darah. Dunia ditafsir dengan reka-reka, menolak nyawa bertambah angka. Ingin rebah tanpa rasa-rasa yang tak seharusnya nyata, tanpa salah, tanpa marah, tanpa hampa, tanpa merana. Rindu dibuai kasih sayang, besar badan bercumbu bersama angsuran, dengan angan yang melayang-layang.

Bangun, mati, telisik, koreksi dan benahi, esok hari acap kali diulangi. Terlalu banyak tipu dan janji, pada runtuh yang kasatmata. Konsumsi konstruksi yang melukai, sudah engah apa yang digenggam, apa yang direkam, alih-alih kukuh dipilih demi menyuap delusi.

Berhenti namun berlari, berlari pada jalur tiada ujung, tak bersahabat dengan indra. Sampai mana akal berkeliaran, berputar pada titik-titik yang tak nyata, menumpuk busuk hingga buruk.

Bukan perkara yang usai, bukan karena lusinan yang hilang, bukan reaksi yang tak berpihak dengan pantulan, bukan jua karena sesuatu besar yang diyakini. Bukan karena ruh, bukan karena kalbu, bukan karena dingin dan terik. Hanya tali yang disimpul dari kapas yang belum jadi, ringkih dipaksa terjalin. “Semua butuh waktu” — ucapan penenang, pengganti timang.

Tak patut diizinkan, tak ada ampun dan tempat yang layak untuk nelangsa bersemayam. Namun yakin, renjana niscaya bersiah, untuk menyuap sang ranum bani, dengan fantasi tumbuh di sanubari, yang usang tak suah terlaksana, kelak segalanya terjelma, karena satu-satunya, percaya.

--

--